Saat ini sudah banyak tokoh-tokoh wanita di segala bidang
yang meyumbangkan karya dan pemikirannya bagi bangsa dan Negara. Kebebasan wanita
saat ini untuk memperoleh persamaan hak di bidang pendidika, mendapatkan pekerjaan
dsb bisa tercapai melalui proses sejarah yang panjang Untuk mengetahui latar
belakang perjuangan gerakan emansipasi wanita di Indonesia ikuti artikel dalam
intip berikut ini.
Latar
Belakang Gerakan Emansipasi di Indonesia
Pada pertengan abad 19, seiring dengan meluasnya perhubungan
di Jawa berdampak pada berkembangnya sistem pendidikan, hal tersebut ditandai dengan
munculnya sekolah-sekolah yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja
pegawai administrasi di pemerintahan, perkebunan dan lain-lain.
Sistem pengajarannyapun mengalami perubahan sejalan
dengan sistem pemerintahan kolonial Belanda tidak hanya sekolah rendah saja,
namun mulai berdiri sekolah menengah, sekolah tinggi dan sekolah keguruan. Anak-anak
Indonesia mulai mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pendididikan, namun
sayangnya kesempatan tersebut hanya untuk anak laki-laki saja.
Pendidikan yang diberikan untuk anak perempuan tidak
lebih dari persiapan menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga seperti :
belajar menjahit, belajar memasak dah pelajaran lainnya yang berhubungan dengan
pekerjaan rumah.
Adanya perbedaan hak tersebut menandakan bahwa hanya kaum
laki-lakilah yang akan mendapatkan kedudukan sosial dan kehidupan yang lebih
baik, sedangkan bagi kaum wanita malah sebaliknya, mereka tidak memiliki
kesempatan untuk bisa membaca, menulis dan perubahan yang lebih baik.
Lalu
apa arti emansipasi?
Emansipasi dapat diartikan sebagai persamaan hak wanita
di dalam bidang kehidupan, seperti dalam hal pendidikan, pekerjaan dan lain
sebagainya. Sedangkan pengertian emansipasi waktu dimulainya gerakan adalah
suatu keinginan untuk mendapatkan persamaan hak dan kebebasan di dalam
lingkungan adat.
Hal tersebut tercantum dalam surat kabar Hindia Belanda, berikut
kutipannya :
“Peradaban
rohani perlu bagi gadis Indonesia, agar supaya kemudian kalau sudah menjadi
ibu, ia menjadi pengasuh utama anak-anak dan mempunyai pengaruh penting bagi
masyarakat kita di kemudian hari. Mengapa mereka dinomorduakan terhadap
laki-laki?”
Nampaknya kaum priyayi saat itu memiliki keinginan untuk
membuat suatu perubahan terhadap kehidupan, aturan dan paradigma yang mengekang
kebebasan wanita. Kedudukan seorang wanita yang akan menjadi istri dan ibu yang
mendidik anak-anaknya sudah sepantasnya mendapatkan hak yang sama untuk
mendapatkan pendidikan.
Berawal dari latar belakang tersebut muncullah awal
gerakan emansipasi wanita yang dipelopori oleh Raden Ajeng (R.A) Kartini. Untuk
lebih jelasnya ikuti artikel dalam intip selanjutnya.
No comments:
Post a Comment